Kita harus mengerti perbedaan antara senang dan sukacita; senang hanya bersifat kejiwaan, sedangkan sukacita bersifat lebih dalam dari kejiwaan karena menyentuh roh dan kehidupan kita yang sejati.
Filipi 4:4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Bersukacita bukan hanya sekadar respons atau reaksi dari yang kita alami. Sukacita bukan hanya sekadar menerima apa yang baik dari Tuhan, tetapi melalui sukacita, maka kita sedang memperlihatkan adanya Tuhan di dalam kehidupan kita.
Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan, maka kita akan bersukacita. Kita tidak dapat mengupayakan sukacita, tetapi kita menerima sukacita dari Tuhan.
Orang yang bersukacita adalah orang yang sedang membangun benteng yang melindungi dirinya dari hal-hal negatif yang datang dalam hidupnya seperti persoalan, omongan negatif, dan tantangan, karena sukacita adalah kekuatan dari Tuhan.
Sukacita seperti sebuah sungai yang mengalir deras yang menghanyutkan sampah-sampah. Ketika kita bersukacita, maka kita akan membersihkan sampah-sampah dalam kehidupan, yang mungkin berasal dari keluarga, teman, lingkungan, pemikiran, perkataan yang dapat mengotori hati dan jiwa kita.
Sukacita juga merupakan salah satu buah dari Roh Kudus. Ketika kita bersukacita kita sedang membangun atmosfer iman, karena iman tidak dapat terbangun dalam kesedihan. Orang yang bersukacita adalah orang yang tidak mudah murung dan putus asa.
Penulis : Ps. Leonardo A. Sjiamsuri