Paulus memberikan nasihat di dalam 1 Tesalonika 5:19, “Janganlah padamkan Roh.” Kata Roh tersebut dapat berarti Roh Kudus dan bisa juga roh manusia atau semangat yang ada di dalam manusia. Manusia batinlah yang membuat manusia sadar akan Tuhan.
Beberapa hal yang menyebabkan padamnya roh manusia:
- Persoalan yang berlarut-larut tanpa penyelesaian, persoalan yang datang bertubi-tubi, pengalaman masa lalu karena kekecewaan dan kebencian yang terus ada dalam hidup kita.
- Tidak memiliki sahabat atau lingkungan yang dapat menolong. Mengalami perlakuan yang kurang baik dan adil dari orang yang kita hormati.
Apa yang terjadi bila roh atau semangat menjadi padam?
- Menjadi mudah menyerah dan merasa tidak berdaya. Ketika roh manusia padam maka jiwa akan menjadi dominan. Sedangkan jiwa terdiri dari emosi, yang yang mungkin sedang mengalami kekecewaan, kesedihan, kepahitan dan lain-lain.
- Hidup dalam pergumulan kepada pergumulan karena roh tidak memiliki kekuatan untuk dapat menerobos.
Bagaimana agar tidak memadamkan roh?
- Carilah Tuhan ketika masalah datang dan jangan biarkan masalah itu berlarut-larut. Seperti yang dialami oleh raja Yosafat segera mencari Tuhan begitu datang masalah. Dikatakan di dalam 2 Tawarikh 20:1-3, “Setelah itu bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim. Datanglah orang memberitahukan Yosafat: ‘Suatu laskar yang besar datang dari seberang Laut Asin, dari Edom, menyerang tuanku. Sekarang mereka di Hazezon-Tamar,’ yakni En-Gedi. Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa.” Banyak orang berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri, membiarkannya berlarut-larut dan malu membicarakan kepada orang lain; ini pada akhirnya akan memadamkan rohnya.
- Bicarakan persoalan dan masalah yang sedang dihadapi dengan keluarga, suami, istri dan anak; berdoalah bersama-sama. Jangan mencari kesalahan orang lain.
- Mengembangkan gaya hidup mengucap syukur dalam segala hal.
Penulis : Ps. Leonardo A. Sjiamsuri