Sering kali orang berhutang karena ingin menikmati apa yang diinginkannya sesegera mungkin. Hutang untuk keperluan konsumtif seperti ini sangat berbahaya.
Risiko-risiko yang akan dihadapi apabila berhutang:
- Kemungkinan tidak lagi mengandalkan Roh Kudus, karena mencari jalan keluar dari manusia. Kita tidak lagi dapat mendengar suara Tuhan, sehingga tidak lagi dipimpin oleh Tuhan. Kita akan diarahkan oleh ketakutan kita, sehingga akhirnya keputusan kita menjadi kacau.
- Menunda-nunda keputusan-keputusan penting. Ketika seseorang memiliki hutang yang sangat besar, dan pada saat yang bersamaan Tuhan menginginkannya melayani sepenuh waktu, maka ia akan menunda panggilan itu. Pada akhirnya, ia akan semakin menjauh dari panggilan, karena ia bergumul terus dengan hutang-hutangnya.
- Menjadi stres dan mengalami tekanan. Kita akan menjadi emosional, sehingga dapat mengganggu orang lain, dan bahkan dapat menimbulkan penyakit bagi diri sendiri.
- Menahan benih untuk dibawa kepada Tuhan, seperti persepuluhan, dan persembahan. Kita tidak bisa manabur dan menanam benih karena harus membayar hutang. Dengan demikian kita tidak memiliki benih untuk ditabur, sehingga tidak dapat menuai untuk hidup kita.
Ketika kita berhutang maka kita harus membayarnya. Kita tidak dapat mengusir (menengking) hutang dengan memakai nama Tuhan Yesus; kita harus melunasinya. Kita harus membayar hutang dengan uang, bukan dengan doa; memang doa dapat menolong kita untuk dapat menemukan jalan keluar, tetapi kita tetap harus membayar hutang tersebut.
Bagaimana dapat lepas dari hutang?
- Carilah Tuhan. Tuhan akan memberikan pengertian tentang sumber masalah dari hutang kita.
- Carilah hamba Tuhan yang dapat memberikan nasihat, arahan dan jalan keluar, bukan hanya secara spiritual tetapi juga secara keuangan.
- Mengubah gaya hidup. Belajar mengendalikan pengeluaran dan mengubah gaya hidup kita yang tidak lagi hidup bergaya.
- Belajar membuat anggaran agar menjadi disiplin dan tidak sembrono dalam memakai uang yang dipercayakan Tuhan kepada kita.
- Jangan menambah hutang lagi.
Penulis : Ps. Leonardo A. Sjiamsuri